Suatu hari aku bertemu dengan seorang ibu. Perawakannya segar juga masih cantik, namun tak ku sangka... beliau sudah memiliki seorang cucu. Profesi beliau sebagai buruh cuci juga tukang pijat. Putrinya bekerja menyusul suami ke ibukota Jakarta dan dihantui perasaan malu.Siapa menyangka usia beliau baru akan menginjak 45 tahun? Aku menyebutnya "kebiasaan orang desa" karena masyarakat yang tinggal di desa, menikah pada usia muda sangatlah lumrah. Jadi bisa disimpulkan bahwa beliau menikah di usia yang sangat belia.
Aku ingin berbagi sedikit cerita. Beliau ini bekerja membanting tulang hanya untuk menghidupi cucu yang dititipikan kepada beliau. Ada hal yang mengusik batin... Bagaimana mungkin seorang ibu tega tidak ingin mengakui darah dagingnya? Dan malah dititipkan kepada ibu kandungnya?
Iya cucu beliau menderita hydrosephalus hingga masyarakat sekitar pun merasa iba. Sehingga mereka pun mau membantu beliau dengan menggunakan jasanya, walau terkadang itu bisa dilakukan sendiri. Beliau juga tidak ingin hidup dengan belas kasihan semata. Baginya... Cucunya adalah hal yang terpenting.
Keterbatasan pengetahuan beliau akan kesehatan juga berujung panjang. Cucu beliau menderita sariawan berkepanjangan dan beliau membeli obat tanpa ada resep dokter, namun akhirnya bisa dibawa ke dokter untuk pemeriksaan berkat bantuan seorang warga.
Inilah gambaran kehidupan dari dunia yang lain, dunia yang mungkin tidak pernah terbesit dalam benak kita. Aku juga belajar dari beliau. Seorang ibu tetaplah seorang ibu, itu anakmu! Janganlah membebani kepada ibu kandungmu yang sudah bersusah payah mengandung, melahirkan, dan merawatmu. Biarlah orang tuamu menjadi tua dan bahagia di masa tuanya.
PS: Terima kasih, Ibu (^_^)
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih ^^